DUMMAPADA  XIII - XVI

Vinneka Tunggal Eka 

 

XIII

L O K A  V A G G A

(Dunia)

1.             Janganlah mengikuti hukum iblis! Janganlah hidup dengan menyia-nyiakan pikiran anda! Janganlah mengikiti ajaran yang salah! Janganlah bersahabat hanya dengan yang bersifat duniawi saja.

2.             Bangkitkanlah dirimu! Jangan menganggur! Ikuti jalan kebajikan ! Orang-orang yang penuh dengan kebajikan beristirahat dalam kebahagiaan di dunia ini dan di dunia yang lainnya.

3.             Ikuti jalan kebajikan Dharma; jauhilah jalan dosa. Orang-orang yang penuh dengan kebajikan berbahagia dalam kebahagiaan di dunia ini dan di dunia yang akan dating.

4.             Pandanglah ke dunia ini seakan-akan engkau memandang buih, pandanglah ke dunia ini seakan-akan dunia adalah sebuah fatamorgana; raja (dewa) kematian tidak memperhatikan orang-orang yang tidak mengacuhkan dunia ini.

5.             Coba, perhatikan dunia ini, berkemilau ibarat kereta kencana; orang-orang yang bodoh terlelap di dalamnya, namun oranng yang bijaksana tidak mau menyentuhnya sama sekali.

6.             Seseorang yang dahulunya bersifat tidak acuh, dan kemudian berubah menjadi acuh, akan menerangi dunia ini, ibarat rembulan yang tidak tertutup awan.

7.             Seseorang yang perbuatan-perbuatan jahatnya terbungkus oleh perbuatan-perbuatan baiknya, maka ia akan menerangi kehidupan ini, ibarat rembulan yang terbebas dari awan.

8.             Dunia ini gelap gulita, hanya sedikit yang dapat melihatnya; hanya sedikit yang dapat pergi ke swarga, ibarat burung-burung yang lepas dari jaring.

9.             Kawanan angsa terbang menuju ke arah matahari, dengan menakjubkan mereka melayang menembus ether; mereka-mereka yang bijaksana dibimbing keluar dunia ini, sewaktu mereka telah menguasai Sang Mara dan bala-tentaranya

10.         Seandainya seseorang telah melanggar salah satu sila Dharma, dan berbohong, dan melecehkan dunia yang lain, maka tidak ada kejahatan yang tidak mungkin dilakukannya.

11.         Seseorang yang tidak memberikan dana (kikir) tidak dapat pergi menuju alamdewa. Orang-orang bodoh tidak menghargai kemurahan hati; seseorang yang bijaksana berbahagia ketika ia bermurah hati, dan melalui hal tersebut ia mendapatkan anugrah di dunia yang lainnya.

12.         Lebih agunng dari pada kekuasaan diatas bumi ini, lebih agung dari pada pergi ke swarga-loka, dan lebih agung dari pada menjadi pemimpin dunia-dunia ini, adalah karunia dari Sotapatti, yaitu kesucian tingkat pertama.

 

XIV

B U D D H A  V A G G A

(Sang Buddha)

1.             Barang siapa yang kemenangannya tidak dapat dikalahkan lagi, yang tidak dapat ditaklukkan lagi di dunia ini, maka tidak seorangpun yang akan mampu melacaknya, Sang Kesadaran, Yang Maha Hadir, Yang Tak Berbekas ?

2.             Seseorang yang telah jauh dari berbagai racun dan cobaan dan tidak dapat disesatkan oleh mereka lagi, bagaimana mungkin dikau dapat melacaknya, yaitu Sang Kesadaran, Yang Maha Hadir, Yang Tak Berbekas?

3.             Bahkan para dewa merasa iri-hati akan orang-orang yang telah sadar dan tidak bersifat pelupa lagi, yang terbiasa bermeditasi, yang bijaksana, yang berbahagia dengan mengasingkan diri mereka dari dunia ini.

4.             Teramat sulit untuk ddapat dilahirkan menjadi manusia ini, dan sangatlah sulit untuk hidup sebagai manusia ini, sungguh sulit untuk mendengarkan ajaran (hukum) Kebenaran, terlebih-lebih sungguh sulit adalah kelahiran seseorang yang telah mencapai Kesadaran (pencapaian status / tahap Buddha).

5.             Jangan sekali-kali melakukan kejahatan, selalu berbuat kebaikan, agar jalan pikiran menjadi bersih, adalah ajaran dari semua Buddha.

6.             Mereka yang mencapai tahap Kesadaran mengatakan bahwasanya kesabaran adalah tapa tertinggi; penderitaan yang berkepanjangan dikatakan sebagai Nirwana yang tertinggi; seseorang yang masih menyakiti orang lain tidak bisa disebut pravragita (yang telah menjauhkan dirinya dari kehidupan rumah tangga), ia pun bukan seorang sramana (pertapa) seandainya ia masih menghina orang lain.

7.             Tidak memfitnah, tidak menyerang, hidup dengan disiplin dan kendali diri sesuai dengan kaidah-kaidah peraturan, sederhana dalam bersantap, tidur dan sewaktu duduk sendiri, selalu berpikir akan hal-hal yang mulia . . . adalah ajaran Yang Telah Sadar.

8-9.   Kepuasan nafsu tidak ada batasnya bahkan seandainya di hujani dengan keeping-keping emas sekalipun; seseorang yang sadar bahwasanya berbagai nafsu itu seleranya rendah dan mengakibatkan penyakit, adalah orang yang bijaksana. Walaupun diberikan kenikmatan sorgawi ia tidak merasa puas, seorang murid yang telah mencapai kesadaran total hanya berbahagia seandainya semua hasrat-hasratnya telah mati.

10.         Karena tercekam oleh ketakutan, maka banyak manusia mencari perlindungan di gunung-gunung dan di hutan-hutan, ke semak-belukar dan ke pohon-pohon yang dianggap suci.

11.         Tetapi (semua) itu bukan perlindungan yang aman, bukan perlindungan yang utama, tidak seseorangpun mampu lepas dari semua penderitaannya dengan menjadikan tempat-tempat tersebut sebagai perlindungannya.

12.         Barang siapa yang telah berlindung kepada Sang Buddha, kepada Dharma, dan kepada Sangha, ia yang, dengan kesadaran sejati, melihat (menyaksikan) Keempat Kebenaran Agung . . . .

13.         Yaitu : penderitaan, asal-mula penderitaan, akhir penderitaan dan Delapan lapis Jalan Mulia yang membimbing ke arah akhir dari penderitaan.

14.         Itulah tempat perlindungan yang aman, itulah tempat perlindungan yang terbaik, setelah mencapai tempat ini, maka orang tersebut telah terlepas dari semua bentuk penderitaan.

15.         Seseorang dengan kebijaksanaan yang agung (seorang Buddha) itu tidak mudah didapatkan (ditemukan), beliau tidak lahir di mana-mana. Di mana lahir seseorang suci seperti beliau, maka jayalah bangsa tersebut.

16.          Kebangkitan para Buddha merupakan kebahagiaan, pengajaran akan hokum-hukum Kebenaran merupakan kebahagiaan, ketenangan yang terbentuk di suatu Sanga adalah kebahagiaan, dan kebahagiaan adalah bakti dari mereka-mereka yang hidupnya penuh dengan kedamaian.

17-18.Seseorang yang mengunjungi denngan segala hormat mereka-mereka yang pantas dikunjungi dengan cara demikian, apakah mereka adalah para Buddha yang telah sadar ataukah murid-murid mereka, ataukah mereka-mereka yang telah mengatasi godaan iblis, dan telah menyeberangi air bah kedukaan; barang siapa yang mengunjungi orang dengan sifat-sifat tersebut, yang telah mendapatkan kebebasan dan tidak mengenal rasa takut, pahala yang didapatkannya tidak mungkin terukurkan oleh siapapun juga.

 

XV

S U K H A  V A G G A

(Kebahagiaan)

1.             Gemerlapan karena mengkonsumsi kebahagiaan! Sangat (indah) berbahagia hidup kita ini tanpa membenci yang membenci kita; kita hidup di antara orang-orang yang saling membenci.

2.             Sangat berbahagia hidup kita ini tanpa disertai penyakit di antara orang-orang yang berpenyakit! Di antara mereka-mereka yang sakit sebaiknya kita hidup lepas dari berbagai penyakit!

3.             Sangat berbahagia hidup kita ini tanpa keserakahan di antara orang-orang yang serakah; Di antara orang-orang yang serakah sebaiknya kita hidup tanpa serakahan!

4.             Sangat berbahagia hidup kita ini seandainya kita tidak merasa memiliki apapun juga! Ibaratnya kita seperti para dewa yang gemerlapan karrena mengkonsumsi kebahagiaan!

5.             Kemenangan menghasilkan kebencian, karena yang dikalahkan tidak merasa berbahagia. Seseoranng yang telah melepaskan rasa kemenangan dan kekalahan ia yang telah puas, adalah orang yang berbahagia.

6.             Tiada api yang dapat menyamai nafsu, tiada dosa yang bisa menyamai kebenciaan, tiada penderitaan yang bisa menyamai penderitaan badan ini; tiada kebahagiaan yang lebih tinggi dari pada ketenangan di Nirvana.

7.             Kelaparan adalah penyakit yang paling menyengsarakan. Berbagai indriyas adalah iblis yang paling besar; seandainya seseorang sadar akan hal ini secara benar, maka ia akan mendapatkan Nirvana, yaitu kebahagiaan yang tertinggi.

8.             Kesehatan adalah anugerah yang paling besar, rasa puas diri adalah kekayaan yang terbaik, kepercayaan adalah hubungan yang terbaik, dan Nirvana adalah kebahagiaan yang tertinggi.

9.             Seseorang yang telah mencicipi rasa manis yang berasal dari pengasingan diri dan dari ketenangan, akan bebas dari rasa takkut dan dosa, pada saat ia merasakan rasa manis kebahagiaan (yang terdapat) di dalam Dharma.

10.         Dharsana (Menyaksikan) para Ariya adalah kebaikan, hidup dengan mereka adalah kebahagiaan yang berkesinambungan; seandainya seseorang tidak menjumpai orang-orang yang bodoh, maka ia akan bahagia sebenar-benarnya.

11.         Seseorang yang bergaul dengan orang-orang yang bodoh akan menderita lama sekali; bersahabat dengan orang-orang yang bodoh ibaratnya adalah bersahabat dengan seorang musuh, jadi selalu bersifat menyakitkan; persahabatan dengan orang-orang yang bijak adalah kebahagiaan, ibarat bertemu dengan keluarga dan kerabat.

12.         Oleh karrena itu, seyogyanyalah seseorang sebaiknya mengikuti ajaran kaum yang bijaksana, yang berintelegensia tinggi, yang berdaya-juang tinggi, yang terpelajar, penuh dengan kewajiban, yang terpilih; sebaiknya mengikuti bimbingan orang bijaksana ini, ibarat rembulan yang mengikuti pola perputaran bintang-bintang.

 

XVI

P I Y A  V A G G A

(Kenikmatan Cinta)

1.             Seseorang yang menyia-nyiakan kehidupannya, yang tidak mengusahakan dirinya bermeditasi, melupakan hakikat sebenarnya dari kehidupan ini dan mengikat dirinya dengan kenikmatan duniawi, maka suatu hari nanti ia akan merasa iri-hati kepada merreka-mereka yang berhasil dengan meditasinya.

2.             Janganlah seorangpun melekat kepada apapun yang dicintai maupun yang tidak dicintainya. Janganlah merasakan apapun yang menikmatkan sebagai penderitaan, dan merasakan penderitaan sewaktu merasakan yang tidak menikmatkan.

3.             Oleh karena itu, sebaiknya seseorang janganlah mencintai apapun juga; kehilangan seseorang yang dicintai adalah penderitaan. Mereka-mereka yang tidak mencintai apapun juga dan tidak juga membenci apapun juga, tidak akan mengalami goncangan apapun juga.

4.             Dari kenikmatan lahirlah penderitaan (rasa khawatir), dari kenikmatan lahir rasa takut; barang siapa yang bebas dari kenikmatan akan tidak merasakan kekhawatiran (kesedihan) maupun ketakutan.

5.             Dari cinta lahirlah kesedihan, dari cinta lahirlah rasa takut, seseorang yang bebas dari rasa cinta tidak mengenal kesedihan maupun ketakutan.

6.             Dari nafsu timbul kesedihan, dari nafsu timbul rasa takut, barang siapa bebas dari nafsu maka ia tidak akan merasakan rasa padih maupun rasa takut.

7.             Dari rasa kasih saying lahirlah kesedihan, dari rasa kasih saying lahirlah rasa takut; barang siapa lepas dari rasa kasih saying maka ia tidak merasakan lagi kesedihan maupun ketakutan.

8.             Dari keserakahan lahir kesedihan, dari keserakahan lahir rasa takut, barang siapa bebas dari keserakahan maka ia tidak mengenal kesedihan maupun rasa takut.

9.             Barang siapa memiliki sila kebajikan dan kebenaran, yang bersifat adil, dan tidak berbohong, dan melaksanakan berbagai pekerjaan-pekerjaannya sendiri, maka ia akan dihargai oleh seisi dunia ini.

10.         Barang siapa timbul hasratnya untuk mencapai Yang Tak Terterangkan, yang jalan pikirannya telah terpuaskan, dan tidak lagi galau oleh cinta, maka orang ini disebut Urdhvamsrotas (anagami).

          Keterangan : Urdhvamsrotas atau Anagami berarti yang telah ditarik keatas oleh sebuah arus (yang gaib).

11.         Para kerabat, para teman, dan para orang-orang yang mengasihi menyalami dan menyambut dengan baik seseorang yang telah lama pergi jauh, dan kembali dengan selamat.

12.         Demikian juga, perbuatan-perbuatan baik orang tersebut yang pernah dilaksanakan sebelumnya, akan menyambut orang ini dari satu dunia ke dunia yang lainnya, ibarat sebuah keluarga yang menyambut pulangnya seorang sahabat.

 

 Disarikan oleh mohan m. s.

 

Kembali ke daftar isi Dummapada