10
![]() |
PRANAWA OMKARA (OM) |
Vinneka Tunggal Eka |
Pranawa Om adalah mantram sakral yang paling banyak disenandungkan oleh umat Dharma di seluruh pelosok bumi ini. Konon kata Amen, Amind dan Omen dikatakan berasal dari kata OM ini. Semua mantram Hindu-Buddhis dimulai dengan Om karena Omkara sebenarnya menyiratkan Sri Ganeshya dan berbagai maknanya, selain Dewa yang paling maha dalam jajaran dewata maka dewa ini adalah penghubung umat manusaia, dewa dan Hyang Maha Tunggal. Om juga dipergunakan pada awal setiap sapaan yang bersifat sakral, seperti Om Sai Ram, Hari Om dan sebagainya.
Om adalah hasil dan sekaligus inti-sari dari shahtra-widhi kita, yaitu berbagai Weda, Upanishad dan Bagavat-Gita. Om atau Aum berasal dari aksara A-U-M dan diwujudkan dalam berbagai aksara di India dan di dunia sesuai huruf-huruf yang berlaku di daerah-daerah tersebut tanpa mengurangi makna dan kesakralannya. Ada berbagai makna yang diartikan dari ketiga kata-kata tersebut di atas, masing-masing secara berurutan seperti berikut ini.
AUM dapat diartikan Bhur . . . Bwah . . . Swah
AUM dapat diartikan Alam sadar . . . alama mimpi . . . alama tidur lelap
AUM dapat diartikan Rig, Yajur dan Sama Weda
AUM dapat diartikan Brahma (Pencipta), Wishnu (Pemelihara), Shiwa (Pendaru ulang)
Dengan masing-masing shaktinya : Saraswati – Laksmi – Parwati.
Di atas konsep ini, para yogi berkesimpulan bahwasanya Om hadir di dalam meditasi kita di dalam spasi kekosongan yang berada di antara satu sebutan Om ke lainnya (antara satu tarikan nafas dan hembusan nafas). Om disebut pranawa yang berarti “simbol atau suara, atau sabda yang bersifat Maha Esa) dan berbagai manifestasinya. Dikatakan di dalam shastra-widhi kita bahwasanya seluruh jagat-raya dan isinya menyebut AUM (OM). Itulah sebabnya Bhagavat-Gita menjabarkan Om ini secara lebih luas : OM (atas nama Hyang Maha Esa) . . . Tat (setiap pelaksanaannya yang dilakukan atas nama dan demi Hyang Maha Esa) . . . pastilah benar (Sat) dan suci sifatnya. Inilah adalah mantram Purusha yang tertinggi, mantram Prakritinya adalah Gayatri Mantram.
Simbol Om ini juga menyiratkan seluruh jaga raya yang hadir di dalam Hyang Maha Esa. Titik di Pranawa Om berarti bumi (Bhur), bulan sabit berarti jagad raya (berbagai planet dan bintang) sama dengan Bwah, dan Swah yang merupakan lengkungan di sebelah kanan aksara tiga berarti kekosongan yang meliputi Bhur dan Bwah, betulkan kekosongan tersebut kosong? Seandainya kosong bagaimana mungking dapat menunjang seluruh orbit ini. Ternyata kekosongan itu bukanlah kekosongan namun Zat Yang Maha Agung dari mana semua ini tercipta.
Dahulunya titik di atas Pranawa Om konon berbentuk bintang bersudut enam, di setiap sudut terdapat satu aksara, dan kekosongan (OM) berada di tengah-tengah bintang tersebut. Ini adalah simbol kedigjayaan dan spiritualnya Dewa Subramaniyam, dikenal sebagai Skanda, penegak dharma dan sekaligus komandan perang para dewata. Beliau sebenarnya adalah Putra Dewa Shiwa dan masih bersaudara dengan Sri Ganeshya, yang adalah adik beliau. Lambang ini menjadi lambing Israel, kisah David dan Goliath mirip dengan kisah Subramaniyam mengalahkan seorang raksasa Asura. Seperti David, maka Subramaniyam pun berbadan kecil layaknya seorang anak laki-laki berwajah dan berpenampilan Sri Krishna sewaktu kecil. Namun di Israel lambing bintang ini tidak bermantram lagi, akibatnya perang di antara mereka tidak akan habis, selain mantram tersebut dikembalikan. Angka 3 di Pranawa Om melambangkan semua tiga unsur yang hadir di Pranawa dan juga Tri-loka.
Kalau saudara-saudara kita kaum Judea menggunakan bintang dari Om ini, maka saudara-saudara kita kaum Muslimin menurut para yogi menggunakan bintang dan bulan sabit sebagai lambing ajaran agama Islam, kemudian kedua unsur ini diletakkan di atas kubah masjid yang berbentuk setengah lingkaran, simbol dari bumi atau bagian atas aksara 3. Para yogi Hindu juga mengatakan bahwasanya Ka’baah adalah simbol lingga yoni terbesar di dunia, dan air zam-zam adalah simbol tirta keabadian (ambrosia) yang berasal dari perpaduan lingga dan yoni. Itulah sebabnya kaum Hindu merasa masih bersaudara dekat sekali dengan kaum Muslimin, apalagi nabi Besar Mohammad S.A.W juga mengajarkan adanya nabi-nabi dan berbagai buku-buku suci lainnya sebelum beliau hadir, dan Nabi Adam sebagai nabi pertama yang berasal dari jazirah India. Pada zaman Nabi Adam (dikenal dengan nama Manu, asal kata manusia), maka bangsa Arab dan Yahudi belum hadir.
Wangsa Yahudi baru hadir kemudian, dan di zamannya Pandawa berkuasa kembali, jazirah ini masuk ke dalam wilayah jajahan mereka (baca Srimad Bhagawatam). Seandainya semua ini bukan teori belaka, maka seharusnya umat manusia bersyukur untuk kesinambungan ini yang menunjukkan betapa dekatnya keta semua ini sebenarnya. Perang antar suku dan antar umat beragama seharusnya dapat dihentikan, apalagi wangsa-wangsa di Timur Tengah bukan saja adat-istiadatnya dan bentuk profilnya sama denga wangsa India, namun secara genetika juga identic bahkan merekapun memiliki rhesus darah negatif seperti saudara-saurdaranya di India. Ternyata Pranawa AUM (OM) lebih luas jangkauan dan maknanya kalau ditelusuri dari sudut ini. Mungkinkah di masa-masa mendatang Pranawa ini dapat menyatukan seluruh bangsa di dunia, karena pada saat ini Om sangat popular di Eropa dan Amerika serta sebagian Australia yang didominasi oleh kaum kulit putih yang sedang meninggalkan ajaran Kristiani dan lebih menyukai gaya Hindu yang bersifat universal. Mengapa begitu? Jawabannya hanya Beliau yang tahu.
Kembali ke daftar isi Cara Pemujaan Kembali ke halaman induk Shanti Griya