10
![]() |
BUAH KELAPA |
Vinneka Tunggal Eka |
Buah kelapa adalah unsur yang amat disakralkan, seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Hampir semua upacara seperti upacara pernikahan (vivah), festival, upacara besar dan kecil diwajibkan menggunakan buah ini. Demikian juga dengan upacara Homa (Agni-hotra) dan lain sebagainya, dimana kelapa ini sebelah dua dengan menggunakan sebuah golok di tangan kiri. Bagi para pendeta dan mereka yang sudah ahli, sekali bentak saja sudah cukup untuk membelah kelapa ini. Airnya ditampung dan dicampur daun tulasi dan dijadikan tirta penyuci, rasanya amat menyegarkan. Persembahan kelapa ini dimaksudkan untuk menyenangkan para dewa, dan sebagai simbol rasa syukur kepada Hyang Maha Kuasa.
Ribuan tahun yang amat silam, di zaman Weda dan Purana, maka di India hewan dipergunakan sebagai sesajen (Pelaksanaan ini disebut bali, bukan caru karena kata caru (caruya) berarti mempersembahkan palawija kepada Dew Sri). Bali (asal kata bal = kekuatan mistik) dapat menimbulkan pahala yang bersifat putih maupun hitam sesuai dengan itikad sang pemuja dan biasanya berupa kesaktian atau kemampuan mistik yang luar biasa. Upacara ini ternyata melalui berbagai zaman dan waktu berdampak sekali terhadap ajaran-ajaran lainnya di dunia dan masih teramat dominant di pulau Bali itu sendiri sampai saat ini. Bahkan di Nusantara ini di Toraja, Kalimantan, Jawa dan berbagai daerah lainnya pengorbanan kerbau, sapi dsb. masih dijalankan walau banyak yang mengaku sudah pindah agama. Pulau Bali mendapatkan namanya dari kata bal ini.
Di India upacara-upacara semacam ini sudah jarang dilakukan lagi kecuali berhubungan dengan hal-hal tertentu dan dilakukan secara diam-diam karena teramat tidak popular; bagi sementara atau sebagian besar kaum Hindu di India, maka upacara pembantaian hewan sudah kadaluwarsa dan menuansakan naluri primitif. Setelah Aswa Medha, maka memasuki Kali Yuga ini telah turun berbagai bhisama di India yang melarang pengorbanan hewan atau manusia dan diganti dengan pengorbanan kelapa dan hasil-hasil palawija lainnya karena dianggap sakral dan pantas dipersembahkan kepada para dewa yang begitu berlimpah dengan karunia, sedangkan darah atau daging adalah santapan para bhuta-kala dan hewanjadi tidak pantas lagi untuk diupacarakan. Dengan membelah kelapa berarti membelah wasanas (inti-inti berbagai nafsu) yang hadir di dalam benak pikiran kita. Di sisi lain kelapa bermakna teknologi sains yang menakjubkan yang harus dikendalikan secara baik.
Berbagai upacara yang dilaksanakan di rumah maupun di kuil disebut abhiseka, yang bermakna penganugrahan secara spiritual kepada sang pemuja. Kelapa dan keseluruhan batang pohonnya termasuk serat ijuk, daun-daunnya sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia beserta pelaksanaan spiritualnya. Air kelapa dapat dipergunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit secara pengobatan Ayur-wedik. Di Filipina manfaat dari kelapa berjumlah 140 macam, sedangkan di Indonesia baru terbatas sekitar 40 saja.
Tiga buah mata yang terdapat di tempurung kelapa menyiratkan tiga mata Sang Dewa Shiwa, kata kelapa berasal dari kata kepala. Itulah sebabnya maka buah ini mendapatkan kehormatan yang tinggi dan selalu diletakkan di atas Kalasha yang dikalungi berbagai bunga dan shindur serta berbagai palawija lainnya sebagai lambing dari hubungan yang harmonis anatara Sang Pencipta dan Sang Pemuja.
Kembali ke daftar isi Cara Pemujaan Kembali ke halaman induk Shanti Griya