10  

 

 

           

        KERANG-TIUP (SANGKHA)

Vinneka Tunggal Eka

Kerang (kulit lokan) digunakan di India sebagai alat tiup yang sakral, karena konon suara yang terdengar mirip dengan dengungan Aum (OM). Hampir semua rumah-tangga di India memiliki lokan kecil atau besar di altar pemujaan. Alat tiup ini digunakan sebelum sebuah puja dimulai baik di rumah maupun di mandir setiap pagi dan sore. Bagi yang memiliki lokan-lokan kecil maka meletakkan satu lokan merupakan simbol Hyang Wishnu, kalau tiga lokan maka bermakna Tri-Murti dan kalau lima buah maka adalah simbol maha panca butha.

Konon di suatu masa yang silam, seorang asura yang bernama Shankasura mengalahkan para dewa dan mencuri semua weda-weda dan kemudian disembunyikan di dasar sebuah samudra yang teramat dalam.

Para dewa kemudian memohon Sang Hyang Maha Wishnu agar ditolong, dan Beliaupun bereinkarnasi sebagai ikan (Matsya Awatara) dan membunuh tuntas Shankasura. Setelah itu Sang Awatara meniup Shangkalala (alat tiup Kerang) yang terbuat dari kepala dan bagian telinga Sang Asura ini. Dari suara Kerang ini terdengar sabda dalam bentuk suara OM, dan dari Om lahirlah berbagai weda-weda ini. Dengan demikian dikatakan dari Om lahirlah berbagai Weda yang kita kenal dewasa ini dan berbagai ilmu pengetahuan yang berintikan OM itu sendiri. Semenjak saat itu alat tiup ini disebut Sankha (diambil dari nama Sankhasura). Tentunya anda bertanya-tanya mengapa seorang iblis namanya malahan diabadikan dalam bentuk Sankha ini. Sebenaranya seseorang yang tewas di tangannya seorang Awatara pastilah pada hakikatnya bersifat suci, kalau tidak mengapa Sang Awatara berkendak untuk melaksanakan dharmanya. Kalau disimak dengan baik ajaran Bhagawat-Gita yang penuh makna itu, maka kita akan memhami sabda Sri Krishna agar kita berdiri jauh di atas sifat-sifat dwandas, yaitu : baik-buruk, senang-susah, malam-pagi, dsb., karena pada intinya semua ciptaan berasal dariNya semata, dan tidak ada produk Yang Maha Kuasa yang mubazir atau sia-sia tujuannya, semua kebiasaan kita terjadi karena ilusi Sang Maya yang menyebabkan kita semua mengalami dan merasakan kebahagiaan dan penderitaan, kebodohan dan kepintaran, kebajikan dan kebatilan.

Di India, khususnya di desa dan di pedalman, sankha dipergunakan sebagai alat komunikasi mirip dengan kentongan di Indonesia. Selain itu semua jenis pemujaan juga ditutup dengan tiupan sankha tanda akhri upacara dan kemenangan dharma itu sendiri. Seandainya sankha di tiup dalam suatu upacara sakral, maka mereka-mereka yang tidak dapat hadir, akan meninggalkan pekerjaannya selama beberapa saat untuk mengheningkan cipta dan ikut berpuja dengan doa-doa mereka dari jarak jauh.

Seperti telah diuraikan di atas maka sankha diletakkan di altar kuil dan ruang-ruang suci sebagai simbol Nada-Brahma (Kebenaran) Weda-Weda, OM, Dharma, Kemenangan dan Kesucian. Sering sekali air tirta di kuil dihaturkan dengan wadah Kerang raksasa ini sebagai penyuci dosa umat yang dharma yang hadir. Di bawah ini pemujaan kepada sankha : 

Twampura sagarot pannaka,

Wishnuna Vidhrutahakara,

Dewaischa pujitha sarwaiki,

Panchjanya namostu te.

 

Puja-puji penuh hormat ke Panchajanya

Sankha yang lahir dari sang samudra,

Yang digenggam oleh Sri Wishnu,

Dan dipuja oleh seluruh jajaran dewata.

 

Kembali ke daftar isi Cara Pemujaan        Kembali ke halaman induk Shanti Griya