10  

 

 

           

        KALASHA

Vinneka Tunggal Eka

 

Kalash adalah bentuk sesajen yang secara tradisionil dipergunakan para pendeta untuk pemujaan demi lestarinya, yang dipuja dan yang memuja.

Sebuah guci sekitar 15 atau 20 cm. lebarnya yang terbuat dari tembaga, kuningan, perak atau tanah liat dihiasi dengan 10 lembar daun mangga di bagian mulut guci ini secara melingkar. Gucinya sendiri berisikan air dan kemudian sebuah kelapa diletakkan di mulut guci, tepat di tengah-tengah lingkaran daun-daun mangga ini. Kelapa itu sendiri kemudian ditandai dengan shindur merah bersimbolkan Om atau Swastika atau kedua-duanya. Kemudian bunga mawar dan melati ditaburkan di kelapa dan sekitarnya di atas dedaunan mangga tersebut, beserta sejumlah kecil beras, bubuk cendana, pinang dan daun sirih. Daun sirih boleh menggantikan daun mangga karena sama sucinya.

Benang merah putih, atau kadangkala kain merah putih juga dipakai untuk membungkus Kalasha ini setelah usai upacara. Ada upacara yang usai setelah tiga hari, dan banyak juga yang bersifat langsung. Keseluruhan dekorasi ini kemudian diletakkan di atas selembar daun pisang muda, kemudian guci ini dilingkari dengan sejumlah beras, di atas beras kemudian ditambahkan daun sirih biasanya minimal 10 lembar, dan kalau itu upacara perkawinan, maka ditambah daun sirih, buah pinang dan shindur merah sebagai lambing pemujaan kepada Sri Ganeshya dan Dewi Nawa Sangga (Nawa Graha). Keseluruhan bentuk sesajen ini disebut Kalasha. Biasanya Kalasha pasti dihadirkan pada setiap upacara kecil dan besar, biak yang berbentuk upacara spiritual maupun dengan konotasi duniawi seperti upacara pembukaan usaha, perkawinan dan lain sebatgainya. Dari upacara ke upacara bentuk Kalasha dapat saja berlainan sesuai dewa yang dipuja. Kalasha yang berisikan air dan beras juga disebut Purnakumbha. Dengan disertai tambahan mantram-mantram semua rintangan, dan efeknya memang amat menakjubkan, Kalasha sering juga disimbolkan sebagai simbol selamat dating dan saling menghaturkan “wewangian” kita masing-masing (sekapur sirih, silihwangi).

Asal-muasal tradisi Kalsha ini dimulai berdasarkan sebuah legenda. Sang Hyang Wishnu pada suatu saat sedang berbaring di atas Naga Sesha yang terapung di atas samudra susu. Dari pusar Beliau hadir dan lahirlah Sang Brahma (Dewa Pencipta), yang kemudian mengembang tugas bersama-sama shaktinya Dewi Saraswati dan berbagai dewa-dewi lainnya dalam proses penciptaan jagad-raya dan isinya. Air suci di dalam guci menyiratkan Amrita yang pertama kali hadir di dalam pemutaran Mandara Giri, air ini menunjang kehidupan manusia sampai kini. Daun mangga menyiratkan penciptaan, kelapa menyiratkan teknologi Ilahi yang menakjubkan, bayangkan kelapa yang berada di puncak pohon yang sedemikian tingginya, dan terbungkus begitu padatnya oleh serabut batok dan daging kelapa itu sendiri masih bisa menghadirkan air yang sedemikian manisnya di dalam kekosongan bagian dalam kelapa itu sendiri. Dari manakah asal air yang manis ini?  Keseluruhan pengejawantahan pohon kelapa dan buahnya sendiri merupakan intisari makna yang tidak ada habis-habisnya untuk dibahas, oleh karena itu kelapa adalah buah yang suci dan banyak dipakai sebagai sesajen peleburan dosa masing-masing individu.

Daun sirih adalah simbol kesehatan yang dashyat, disamping salah satu sarana bagi ilmu hitam dan putih yang efektif. Air di dalam guci juga melambangkan berbagai ilmu pengetahuan weda, sehingga simbol Tirta harus hadir di setiap upacara sebagai penghapus kebodohan kita semua. Kalasha dan airnya dituangkan di atas puncak wuwungan kuil, upacara ini disebut Kumbhabhiseka. Air di guci dianggap abadi dan suci sifatnya. Kumbha berasal dari bahasa Sansekerta tersebut di atas yang berarti menyucikan, mencuci dosa-dosa dengan air. Sri Krishna menyiratkan di Bhagawat-Gita, bahwasanya air adalah sesuatu yang amat sakral (salah satu dari unsur maha panca bhuta) dan Hyang Maha Esa hadir sebagai rasa didalam air ini. Rasa di sini berarti intisari yang paling bermakna.

 

Kembali ke daftar isi Cara Pemujaan        Kembali ke halaman induk Shanti Griya