10
![]() |
GENTA (BHAJRA) |
Vinneka Tunggal Eka |
Di berbagai kuil dan mandir ratusan genta senantiasa dipasang di dinding bagian atas, sementara para pendeta membunyikan bhajra (lonceng kecil) selama membaca mantram-mantram suci. Suara genta, gong, tambur dianggap suara OM (AUM) dan sangat efektif dalam mengusir efek-efek negatif yang ikut masuk ke tempat-tempat pemujaan suci dan mengganggu jalannya upacara atau sembahyang dan berbagai upacara sakral lainnya.
Genta utama yang terletak di setiap pintu masuk harus dibunyikan sebagai tanda meminta izin kepada para dewa dan mahluk-mahluk halus yang berdiam di lokasi tersebut.
Para biarawan Buddhis memiliki semacam cawan kuningan dan sebuah alat yang dirotasikan di dalam cawan tersebut sehingga menimbulkan suara Aum yang teramata shyadu dan meditative sifatnya.
Bunyi-bunyi lainnya yang dianggap sakral adalah kerang lokan besar yang dilubangi salah satu sisinya sebagai alat tiup, trompet-trompet khusus, gong, gamelan dan lain sebagainya.
Bhajra atau genta yang dibunyikan sewaktu melakukan japa-mantram di kuil biasanya selalu diikuti mantram di bawah ini :
Agamarthamtu dewanam, gamanaarthamtu rakshasam,
kurwa ghatnarawam tatra, dewatahwahna lakshanam.
Kubunyikan genta ini sebagai datangnya Sang Kesucian,
agar berbagai unsur-unsur suci dan kebenaran memasuki hati-nuraniku.
Dan menjauhkan unsur-unsur iblis baik yang di dalam maupun yang diluar.
Kembali ke daftar isi Cara Pemujaan Kembali ke halaman induk Shanti Griya