10
![]() |
SEMBAH – SUJUD |
Vinneka Tunggal Eka |
Setiap pagi hari anak-anak laki-laki diwajibkan untuk bersujud kepada kedua orang tua dan yang dituakan di setiap rumah tangga, dan juga kepada arca-arca yang dihormati di ruang suci, lalu baru berangkat ke sekolah maupun ke pekerjaan mereka. Begitupun kalau mereka kembali ke rumah, maka sekali lagi mengulang sembah sujud tersebut. Dengan demikian maka akan tercipta suasana harmonis dan penuh respek di keluarga tersebut. Seorang istri yang satvik berbuat sama sewaktu keluar dan masuk rumah, baik kepada sang suami (prabunya) maupun kepada mertua dan yang dituakan. Pengecualian adalah anak-anak gadis yang belum menikah, dan bahkan apabila mereka sudah menikah, juga tidak di perkenankan bersujud ke keluarga mereka, kecuali pada hari-hari suci tertentu.
Masyarakat Hindu sangat percaya bahwa ucapan-ucapan yang baik (sankalpa) dan doa restu (Ashirwada) dari orang-orang tua, para guru, resi dan yang dituakan sangatlah penuh dengan anugerah. Bahkan para raja dan pangeran bersujud kepada para resi guru mereka, kepada para dewata dan yang mereka hormati. Orang-orang bijak dan shanti senantiasa mendoakan semua yang bersujud kepada mereka walaupun orang tersebut adalah seorang penjahat, karena pada prinsipnya mereka berpendapat semuanya adalah ciptaan Yang Maha Esa, dan kalau direstui akan merubah jalan hidup mereka dari buruk ke baik. Ada lima bentuk sembah sujud yang utama, masing-masing seperti di bawah ini :
1. Prathutana Berdiri menyambut seseorang dengan penuh hormat sambil mengatubkan kedua belah tangan dalam bentuk sembah, disertai ucapan Namaskar yang penuh hormat.
2. Namaskara Sudah dijelaskan di atas.
3. Upasangrahan Menyentuh kedua kaki, atau satu kaki kanan saja (kadang-kadang kiri diperbolehkan juga), kemudian tangan yang menyentuh tersebut disentuhkan ke kedua mata yang menghormati.
4. Shastangga Bersujud secara penuh, yaitu seluruh badan bagian depan menyentuh arca di kuil, yang disentuh adalah kaki arca tersebut. Cara ini juga boleh dilakukan kepada orang yang dihormati.
5. Pratyahiwadana Membalas salam takzim orang lain.
Ada kriteria-kriteria baku tertentu yang berlaku di antara sistim keluarga, suku, sistim warna, dan gurukula yang berlainan dan berlaku secara intern. Walupun begitu semua ini tidak menjadi masalah karena di balik itu semua tersirat satu makna yang sama, yaitu menciptakan rasa saling hormat dan kendali diri, demi pencapaian dharma dan shanti. Kalau sesama manusia saja tidak bisa saling bersilih-wangi, mana mungkin kita bisa menghormati dan bersujud kepada Hyang Maha Esa yang tidak pernah kita saksikan.
Kembali ke daftar isi Cara Pemujaan Kembali ke halaman induk Shanti Griya