PEMBUKAAN

Vinneka Tunggal Eka 

 

Karya Sri Yoga Vasishtha ini merupakan sebuah dialog komprehensif spiritual antara Sri Rama (Ramachandra) dan guru spiritualnya yaitu Sri Vasishtha, karya ini merupakan salah satu shastra widhi utama Sanatana Dharma yang sarat akan filosofi kehidupan yang teramat dalam. Karya ini hadir di dalam jajaran Vedanta, dan sangat sulit untuk difahami oleh kaum awam. Hal tersebut tidak mengherankan karena sang guru adalah salah seorang resi paling tangguh di bumi dan swargaloka untuk zamannya dan sang murid yaitu Sri Rama adalah awatara dari Sang Hyang Wishnu. Karya ini telah hadir jauh sekali sebelum Bhagavat-Gita, dan merupakan karya agung dari resi Walmiki, sang penulis Ramayana yang asli dalam Bahasa Sanskerta.  

Karya aslinya terdiri dari beberapa volume (jilid) yang oleh Dr. R. M. Hari diterjemahkan dalam bentuk tanya-jawab agar memudahkan manusia modern menghayatinya secara lebih tekun. Namun sidang pembaca harus sabar mempelajari karya yang teramat monoton ini, sebaiknya dibantu oleh seorang guru spiritual yang handal, yang telah mendwijati. 

Para ahli Hindu Dharma menyatakan bahwasanya karya ini merupakan sebuah karya filosofi terbaik yang pernah hadir di bawah sinarnya Sang Mentari. Terima kasih kepada Prabu Dr. R. M. Hari yang berhasil menterjemahkan karya ini ke bahasa Sindhi, agar karya ini menjadi universal, karena dalam bahasa Sindhinya saja juga teramat sulit untuk difahami oleh kaum muda. Oleh Dr. R.M. Hari sengaja diatur secara tanya-jawab agar tidak membosankan, disini kami mencoba mengalihkannya ke bahasa Indonesia, karena ajaran ini seperti juga karya sulit Ashtavakra-Gita merupakan siratan dari Manunggaling Kawula Gusti (Penyatuan Atman dan Brahman) yang telah menyerap ke dalam kehidupan manusia Jawa Kuno. Di makan oleh sang waktu ajaran ini sirna dari Nusantara, kalaupun masih tersisa sedikit, lebih merupakan tradisi, dan sisi luar budaya Jawa yang halus. Secara pribadi, penulis yang pernah besar di Surakarta ingin sekali mengembalikan karya ini ke dalam bahasa Indonesia agar kaum muda kita, khususnya dari Hindu Dharma dapat menghayati betapa adi-luhungnya filosofi dharma ini sebenarnya. 

Karya yang agung ini adalah sebuah maha karya yang merupakan intisari dari Ramayana itu sendiri, dan di shastra ini diajarkan akan ke-Esa-an (Tuhan Yang Maha Esa), atau dengan kata lain non-dualitas dari Sang Atman, yang menyiratkan bahwasanya tidak ada perbedaan antara Yang Maha Esa dan manusia secara spiritual, antara sang jiwa dan  Sang Brahm (Brahman). Seseorang yang secara intensif mempelajari karya ini akan mencapai pembebasan spiritualnya pada saat yang tepat, itulah sebabnya dialog suci ini disebut Atmagyan (ilmu-pengetahuan atau ajaran mengenai Sang Jati Diri). Sri Rama, Sang Awatara Wishnu di karya ini merubah dirinya menjadi seorang murid teladan yang gundah, demi lestarinya umat dharma yang mempelajari karya ini, dan melaksanakannya demi jalan dharma yang seharusnya. Teks asli dalam bahasa Sanskertanya terbagi dalam enam bagian yaitu :

1.       Vairagya (Pelepasan ikatan duniawi).

2.       Moksha (Pembebasan secara spiritual).

3.       Utpatti (Penciptaan).

4.       Sthiti (Aspek-aspek manifestasi yang ilusif).

5.       Upashanti (Ketenangan pikiran).

6.       Nirwana (Atmagyan). 

Karya asli terdiri dari 32.000 slokas yang penuh tuntunan ke arah Kebenaran Hakiki, dan sering diulang-ulang secara sengaja demi penghayatan yang lebih dalam (Karena di masa-masa yang lampau karya ini belum ditulis secara sistematis). Karya ini menerangkan dengan jelas tiga tahap kehidupan yaitu :

1.       Alam (tahap) kesadaran yang disebut Jagrat.

2.       Alam (tahap) mimpi yang disebut Swapna.

3.       Alam tidur lelap yang disebut Sushupti

Dan juga hadir tiga unsur pelaksanaan yaitu : sang pelaksana, yang mengakibatkan, dan efek-efeknya. Ketiga unsur ini disebut Triputi

Konon asal-usul karya ini merupakan sebuah hikayat panjang di masa yang teramat silam. Di bawah ini ringkasannya : 

Di suatu masa, seorang sishya bernama Sutikshna memohon kepada gurunya Resi Agasti (Agastia Muni) agar diberikan jalan keluar untuk persoalan-persoalan dan problem-problem spiritualnya. Bagaimanakah upaya yang harus dilakukan agar mendapatkan pembebasan dari siklus kematian dan kelahiran yang berulang-ulang ini ?. Apakah melalui Karma Yoga atau Gnana Yoga, dan jalan yang manakah yang lebih unggul dan praktis ? Shastra widhi ini menjawabnya melalui berbagai dialog sarat yang berisikan berbagai contoh dan kisah-kisah, jadi semacam cerita dalam cerita. Konon di dalam kisah ini dinyatakan bahwa Sri Agasti Muni berhasil membuka jalan spiritual muridnya dan beliau menambahkan kisah Raja Arishtnemi yang juga berhasil menyeberangi problem spiritualnya. 

Kemudian Raja Arishtnemi menemui Resi Walmiki, dan hadir juga dialog sarat antara keduanya di dalam karya ini. Sri Walmiki membuka dialog antara Sri Vasishtha dan Sri Rama kepada Raja Arishtnemi, dialog tersebut merupakan isi utama dari pustaka ini. Itulah sebabnya karya ini disebut Sri Yoga Vasishtha

Banyak yang ingin penulis utarakan, namun sebaiknya dihayati saja makna-makna yang tersirat dan yang tersurat di karya ini, semoga Sang Atman yang hadir di dalam setiap jiwa sanubari kita sudi menuntun kita melalui meditasi yang berkesinambungan ke arah-Nya, agar tercapailah kesatuan antara Sang Jiwa dan Sang Atman. 

OM SHANTI SHANTI SHANTI

OM TAT SAT 

Mohan M.S.

Jakarta-Cisarua

26-11-2002

 

 

 

Kembali ke halaman daftar isi Vasishta Yoga            Kembali ke halaman daftar isi Sastra