MENGAKUI DOSA DI DEPAN PUBLIK

Vinneka Tunggal Eka            

 

Nabi Isa dan Nabi Muhammad S.A.W. bersabda : “Kalau satu tangan memberi maka tangan yang lainnya sebaiknya tidak perlu tahu apa yang telah dilakukan oleh tangan yang lainnya.” Jadi segala upaya dana-punya, sembahyang, dsb. harus dilakukan secara tertutup bukan melalui pemberitaan di mass-media, dan gembar-gembor di tempat-tempat suci, dsb. Semua publisitas ini malahan akan menghapus karma-karma baik kita.

Konon menurut salah satu Shastra-Widhi di Mahabrata, seorang raja bernama Yayati pada masa hidupnya telah melaksanakan berbagai hal yang sedemikian baiknya sehingga Yang Maha Kuasa memutuskan, bahwa pada saat sang raja meninggal dunia, ia langsung dapat bertahta di singgasana Hyang Indra di Indraloka. Pada saatnya ia diterima dengan kehormatan dan kebesaran di Indraloka dan Hyang Indra secara pribadi mempersilahkannya duduk di singgasananya. Kemudian kepada khalayak yang hadir, Hyang Indra menerangkan secara panjang-lebar segala karma-karma baik sang raja, sehingga akhirnya ia dapat duduk di singgasana Indraloka. Selama Hyang Indra bercerita, sang raja penuh rasa bangga mengangguk-angguk dan membenarkan semua ucapan-ucapan Hyang indra. Tanpa disadarinya kebanggaan semu ini menghapus seluruh karma baik sang raja ini. Tiba-tiba Hyang Indra berkata : “Wahai raja, semua karmamu telah impas begitu dikau tersanjung oleh penyambutanku. Oleh sebab itu masa bertahtapun telah usai, silahkan segera meninggalkan tahta Indraloka ini.

“Pesan dari kisah ini adalah :

Jangan sekali-kali merasa bangga dan tersanjung oleh hasil karma baik anda. Sedikit saja kebanggaan dan ego semu akan segera menghapus karma-karma tersebut.

Ada hal lain yang harus diperhatikan, seandainya kita pernah menyandang dosa, sebaiknya hal tersebut diungkapkan saja agar dikemudian hari, kita tidak terperangkap dalam jerat Prarabdha kita sendiri. Mahatma-Gandhi secara jujur dan utuh menulis biografinya. Ia membeberkan segala keburukan yang pernah dilakukannya. Demikian juga Bhiku Akhandanand Sri Thakkar Bapa (murid Mahatma Gandhi). Bahkan Resi Wyasa dan resi Narada juga mengungkapkan bahwasanya mereka dilahirkan oleh ibu-ibu yang non-satvika. Mungkin kita akan dilecehkan seandainya kita berterus-terang akan dosa-dosa kita. Namun Sri Krishna bersabda bahwasanya Ia tidak menyukai kemunafikan, dan lebih sayang pada mereka yang jujur, murni dan lugu (baca kisah Sudama).

\

 

Kembali ke daftar isi Teori Hukum Karma        Kembali ke halaman daftar isi Sastra