PELAKSANAAN TANPA EGO, DEMI BHAKTI

Vinneka Tunggal Eka             KE YANG MAHA ESA (NISHKAMA-KARMA)

 

 

Pembalasan karma dapat datang dari hal-hal yang sepele, seperti

gigitan nyamuk atau kurang menjaga kebersihan. Akibatnya semua

orang menjadi susah dan menderita.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Demam Berdarah Mewabah : Seorang bapak tengah menunggui anaknya

yang terserang Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit dr.

Pringadi, Medan, Sumatra Utara, Senin (22/11). Penyakit DBD kembali

meledak di Medan, dan selama tahun 2004 ini telah menyebabkan enam

orang meninggal dunia, serta 64 orang dirawat di rumah sakit (Kompas,

23 Nopember 2004).

 

Ada insan-insan tertentu yang secara sadar berbhakti kepada YME melalui panggilan nurani mereka. Ada yang menjadi peneliti, pengajar spiritual, pendeta, sukarelawan, dsb. Mereka ini terpanggil untuk bekerja demi perikemanusiaan. Jalan ini mereka anggap sebagai bhakti mereka kepada-Nya, tanpa dilandasi ego maupun kepentingan pribadi, ibarat Sang Surya, Bayu, Agni, dsb. yang bekerja secara alami untuk YME.

Mahatma-Gandhi, Yesus Kristus, Nabi Muhammad, Swami Rama Krishna, Swami Vivekananda, dsb. merupakan contoh dari insan-insan yang agung ini, mereka mendedikasikan diri mereka demi bahkti tulus mereka ke Tuhan. Mereka merasa cukup dengan apapun yang diberikan oleh-Nya tanpa protes. Dipercayai dalam Hindhu Dharma, insan-insan agung ini lepas dari berbagai Kriyaman-Karma, Sanchit-Karma dan Prarabdha-Karma mereka. Mari kita simak di bawah ini, bagaimana cara mengendalikan Prarabdha Karma saat ini.

Kaum intelektual mengikuti aksi-aksi masa lalu mereka.

Seorang manusia sebenarnya tidak berdaya melawan segala Prarabdha Karmanya. Bahkan seorang intelektual sekalipun tidak akan mampu lepas dari fenomena ini, dan akan selalu melaju ke nasib yang telah menunggunya. Sering kita menjumpai orang-orang ternama, suci dan sangat intelektual perilakunya, namun tetap saja mereka ini terjebak juga dalam penderitaan, skandal, gossip, dsb. Mereka atau kita ini tidak berdaya untuk keluar dari kemelut tersebut. Contoh Stephen Hawking yang teramat jenius namun tidak dapat lepas dari kursi roda dan penderitaannya. Semua penderitaan ini adalah hasil dari Prarabdhanya di masa lalu.

Resi Goswami Tulsidas pernah berkata : “Apapun yang telah digariskan untuk anda, maka anda akan dikejar oleh Prarabdha anda, walaupun dikau bersembunyi di sebuah tempat yang paling sulit untuk ditemukan. Sebelum semua hutang terbayar tuntas, maka anda tidak mungkin akan dapat lepas dari cengkeraman Prarabdha.” Bahkan Ramayana, Mahabrata, Puranas, dsb. bertaburan dengan contoh-contoh sejenis itu. 

 

SETIAP MANUSIA HARUS MENGHADAPI PRARABDHANYA SENDIRI 

Konon dikatakan apapun dosa yang pernah dilakukan seseorang sambil tertawa, akan disandang deritanya sambil menangis. Jadi tidak ada seorangpun yang akan lolos dari karma baik dan buruknya. Untuk melunasi dan memperbaiki karma buruk, maka satu-satunya jalan adalah dengan mendekatkan diri ke Tuhan YME, melalui sembahyang, puja, bhakti, meditasi, serta karma yang positif dan non-pamrih.

Ada empat jenis Prarabdha :

1.       Prarabdha yang amat akut.

2.       Prarabdha akut

3.       Prarabdha ringan.

4.       Prarabdha yang amat ringan. 

1.   Prarabdha yang amat akut, sulit dirubah dengan apapun juga. Anda misalnya dapat saja dilahirkan sebagai kembar bayi siam, cacat permanen, banci, idiot dsb. Atau dalam perjalanan hidup tiba-tiba anda berubah menjadi gila, impoten, sakit parah yang tak tersembuhkan, kehilangan organ tubuh dsb. Jenis suku, ras, cacat genetik, dsb. termasuk dalam golongan karma akut ini.

2.   Prarabdha akut, dapat dikompensasi melalui Purushartha yang akut juga. Misalnya anda luka parah, namun kalau diusahakan dengan baik maka anda akan sembuh, namun tetap cacat di sana-sini. Kalau anda tidak naik kelas tahun ini, maka dengan belajar lebih giat anda akan lulus tahun depan, dengan catatan anda tetap kehilangan satu tahun.

3.   Dipercayai bahwasanya Prarabdha yang ringan, dapat dihapus atau dikurangi melalui Purushartha (upaya-upaya positif) yang akut (intensif). Ibarat membersihkan noda kotor di baju dengan membilasnya secara keras dan dengan menggunakan sabun yang baik kwalitasnya.

4.   Sedangkan Prarabdha yang amat ringan, dapat dihapus melalui Purushartha yang ringan juga, ibarat menghapus makanan yang menempel di bibir. Semua usaha di atas tentunya, berdasarkan pikiran positif anda sendiri (atau sugesti).

 

APAKAH ASTROLOGI DAN PARA DEWA DAPAT MENGURANGI PRARABDHA SESEORANG ? 

Menurut Shastra-Widhi, konon Tuhan menugaskan para dewata, sistem tata-surya dan seisi alam ini untuk menunjang dan menolong sesama makhluk ciptaan-ciptaan-Nya. Umat lain menyebutnya sebagai malaikat penolong.

Dengan mempersembahkan puja kepada para dewa-dewi yang merupakan leluhur kita, maka jalan ke YME akan segera dipercepat, dan manusia yang berdosa, yang menderita akan dituntun ke arah yang benar, namun tidak benar kalau dikatakan bahwasanya para dewa-dewi ini dapat menghapus dosa dan karma buruk kita secara total.

Contoh ada di dunia ini sebagai berikut : Anda bersalah, polisi menangkap anda. Hakim menjatuhkan vonis. Kalau selama di penjara anda berkelakuan baik maka pemerintah akan memberikan remisi, tetapi bukan pembebasan total dari hukuman anda. Demikian juga cara kerja astrologi anda, sekedar sebagai penunjang, namun semuanya kemudian kembali terletak pada inisiatif anda sendiri, mau ke jalan yang benar atau ke jalan yang salah.

Ada sepasang suami-istri yang belum dikaruniai anak, walau telah lima tahun berumah tangga. Merekapun memaksakan diri bersembahyang ke dewata tertentu secara terus menerus. Akhirnya mereka dikaruniai seorang bayi yang buta dan lumpuh, bukannya berterima kasih malahan sang dewata dihujat habis-habisan. Ini adalah cara berfikir salah, “semau gua” saja. Bukan kita yang mengatur para dewata ataupun Tuhan, namun kita harus faham bahwasanya kita yang diatur oleh alam ini, sesuai dengan karma-karma kita. 

Ada contoh lain, teman pribadi saya, sudah lima belas tahun menikah, namun segala upaya mereka sia-sia saja, bahkan akhirnya sang suami terkena diabetes melitus (kencing manis), oleh dokter bahkan diminta melupakan saja untuk berketurunan. Namun upaya dan kepasrahan mereka ke Tuhan sungguh pantas dipuji. Suatu hari, seseorang mengantar tiga anak laki-laki yang kehilangan kedua orang tua mereka dalam suatu musibah. Anehnya ketiga anak-anak ini mirip sekali dengan pasangan ini baik secara lahiriah maupun sifat-sifat mereka. Anak-anak ini saat ini telah mencapai usia belasan tahun dalam asuhan orang tua angkat ini, mereka hidup sangat satvik, damai dan seperti keluarga biasa saja. Nah, siapakah yang dapat menjelaskan fenomena Prarabdha ini, sistemnya Tuhan serba misterius. Kita harus dapat menghayati, bersyukur dengan semua pemberian-Nya bukan malahan balik menghujat Tuhan, dewata, guru ataupun dengan berganti-ganti agama, yang akan menambah karma buruk saja.

\

 

Kembali ke daftar isi Teori Hukum Karma        Kembali ke halaman daftar isi Sastra