SHANTIGRIYA

Sejarah Candi-Candi di Indonesia

 

VI.  CANDI-CANDI DI SUMATRA 

 

A. CANDI MUARA TAKUS, RIAU

Terletak di daerah Propinsi Riau, Sumatra, letaknya daerah antara Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri. Terdapat peninggalan peradaban agama Buddha dari masa abad ke II dan abad ke 14. Ada empat bangunan di dalam bangunan dinding, yaitu stupa: Candi Tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Teras Candi Palangka. Ada bekas-bekas bangunan lain di sekitarnya. Candi ini  menurut kabar terakhir konon telah selesai dipugar dan dijaga dengan baik oleh masyarakat setempat.

 

B. TAPANULI SELATAN

Tepatnya di sebuah kota kecil yang disebut Gunung Tua, penah ditemukan sisa-sisa biara Buddha dan sebuah Arca Lokanantha dengan batu Tara yang memuat tulisan dalam bahasa Batak, yang menyatakan bahwa arca tersebut dibuat oleh juru pandai Surya pada tahun 1042. Candi-candi di kompleks ini adalah sisa-sisa pemujaan kepada Sang Budha, dengan pemujaan kepada Sang Buddha dan Dewi Tara (pemujaan lazim di Nepal, Bhutan dan Tibet). Biara-biara ini setelah dipugar saat ini mengesankan arsitektur yang lain dari yang di Jawa-Bali, terkesan bercorak aliran Tantrayana dan disebut CAILI BAHAL, atau BIARO BAHAL, yang terdiri dalam tiga bagian yang yang berhubungan dalam satu garis lurus. Biaro I adalah yang terbesar, berhiaskan ukiran-ukiran Yaksha (sejenis dewa) yang berkepala hewan dalam keadaan menari-nari, mirip dengan topeng-topeng yang dikenakan pada upacara-upacara di Tibet. Di Bahal II ditemukan Arca Heruka, tokoh pantheon agama Buddha aliran Mahayana, sekte Bajrayana atau Tantrayana. Bahal III berhiaskan ukiran-ukiran dedaunan. Kompleks candi-candi lainya yang berhubungan dengan candi-candi ini konon berada di lokasi yang lain, mungkin Dinas Pariwisata di Medan bisa membantu melacaknya.

 

C. CANDI TINGGI, MUARA JAMBI

Kompleks percandian Muara Jambi atau nama resminya: Situs Kepurbakalaan Muara Jambi, terletak sekitar 300 meter dari tepi Sungai Batanghari dan menarik untuk dikunjungi karena masih menyimpan berbagai misteri, kata masyarakat teradisional setempat. Ada tiga cara untuk mencapai lokasi candi ini; pertama, melalui Sungai Batanghari dengan menyewa atau mencarter perahu ketek yang bisa memuat sekitar 20 orang penumpang. Kedua, dengan mobil atau sepeda motor dari Jambi melewati Kumpeh Hulu, Talangdutar (25 km). Di Kemingking lalu menyebrangi Sungai Batanghari ke Muara Jambi dengan motor air atau perah penyebrangan yang bertarif ekonomis. Ketiga, menggunakan sepeda motor atau mobil Jembatan Batanghari, terus ke Utara hingga mencapai Desa Sitiris, belok kanan ke Jambi kecil, kemudian ke Muara Jambi dalam waktu tempuh lebih kurang 45 menit.Pada tahun 1986, kompleks yang terletak lebih kurang 25 kilometer sebelah Timur Kota Jambi ini telah dibebaskan. Luas kompleks lebih kurang sekitar 20,94 hektar.

Terdapat sekitar 10 bangunan yang terbuat dari batu bata, diantaranya sudah selesai dipugar, mungkin pada saat ini telah ada banyak kemajuan dalam pemugaran candi-candi ini. Lokasi yang terpencar-pencar ditambah buah-buahan duku, durian, dan lain sebagainya akan merupakan suatu pengalaman tersendiri bagi yang gemar akan petualangan. Di kompleks yang luas ini kita akan menjumpai Candi Ting dan Candi Gumpung yang sudah dipugar, dan Candi Gedong I dan Gedong II yang masih berupa tumpukan batu yang belum dipugar (mungkin saat ini sedang berlangsung pemugarannya). Menurut laporan petugas setempat ada sekitar 69 candi di lokasi ini yang menunggu penggalian dan pemugaran.

 

D. MUSEUM SITUS KEPURBAKALAAN, JAMBI

Di museum ini terdapat berbagai koleksi yang menarik, diantaranya dapat disaksikan sejumlah arca yang ditemukan di candi-candi diatas, antara lain Arca Padmasana, mata uang koin peninggalan dari China  (Dinasti Tang, 618-907 masehi), sampai ke Dinasti Sung (960-1275 M), juga terdapat keramik-keramik dari China, Eropa dan Thailand (abad 9-20 M), dan ada juga lesung batu bertulis, lempengan bata tertulis atau bercetakan telapak tangan dan kaki. Konon perjalanan kekompleks candi-candi ini yang paling mengesankan adalah dengan menelusuri sungai Batanghari sampai ke kompleks Candi dengan menggunakan perahu ketek dari pada speed-boat karena bisa menikmati alam sekitar dengan tenang, sambil menyaksikan rumah-rumah terapung dan pabrik-pabrik pengolahan karet, juga berbagai fauna seperti lutung, kera, biawak, dan beragam-ragam burung liar disamping kehijauan yang menawan.

 

 

kembali ke halaman utama Sejarah Candi                    kembali ke halaman induk Shanti Griya